Dalam perkembangan terbaru yang memanaskan tensi hubungan ekonomi antara dua raksasa dunia, pemerintah China memberikan pernyataan tegas menanggapi rencana kebijakan tarif impor tinggi dari mantan Presiden AS, Donald Trump. Melalui juru bicara resmi Kementerian Perdagangan China, Beijing menyatakan bahwa mereka tidak gentar menghadapi ancaman perang dagang dan siap mengambil langkah balasan yang proporsional.
Pernyataan tersebut datang menyusul pernyataan kampanye Donald Trump yang mengusulkan pemberlakuan tarif impor hingga 245 persen terhadap produk asal China, apabila ia kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat. Tujuan utamanya adalah “melindungi industri domestik” dan “mengakhiri praktik perdagangan tidak adil dari China”.
China: “Kami Tidak Mencari Konflik, Tapi Tidak Akan Mundur”
Beijing menilai bahwa usulan tarif tersebut sebagai bentuk provokasi ekonomi yang merusak stabilitas perdagangan global. Seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri China mengatakan, “Kami tidak mencari konfrontasi. Tapi jika ada pihak yang ingin memicu perang dagang baru, China tidak akan mundur. Kami telah belajar banyak dari konflik sebelumnya dan kini jauh lebih siap.”
China juga menggarisbawahi bahwa kebijakan proteksionis ekstrem semacam itu justru dapat merugikan konsumen dan pelaku usaha AS sendiri, mengingat banyaknya barang kebutuhan sehari-hari dan komponen industri AS yang berasal dari negeri Tirai Bambu.
Ekonom: Potensi Efek Domino ke Ekonomi Dunia
Para analis ekonomi memperingatkan bahwa jika wacana ini benar-benar diimplementasikan, dunia bisa kembali ke pusaran ketegangan dagang besar seperti yang terjadi pada periode 2018–2019. Saat itu, konflik tarif antara AS dan China menyebabkan gangguan pasokan global, penurunan kepercayaan pasar, dan memperlambat pertumbuhan ekonomi internasional.
Apalagi kini, dengan kondisi rantai pasok global yang masih belum sepenuhnya pulih pasca pandemi, perang dagang jilid baru dikhawatirkan akan menambah tekanan terhadap inflasi dan pemulihan ekonomi dunia.
Tanggapan Pasar dan Dunia Usaha
Meski kebijakan tarif Trump masih dalam tataran janji kampanye, pelaku pasar sudah mulai merespons dengan hati-hati. Bursa saham di Asia mengalami koreksi tipis usai pernyataan Trump beredar luas. Beberapa perusahaan multinasional dengan basis produksi di China juga mulai mempertimbangkan skenario darurat jika konflik dagang kembali mencuat.
Sementara itu, asosiasi industri di AS sendiri mengingatkan bahwa tarif tinggi terhadap barang China bisa berarti harga barang naik secara drastis bagi konsumen Amerika. Mereka mendesak pemerintah agar mempertimbangkan pendekatan negosiasi ketimbang konfrontasi terbuka.