Dalam perkembangan terbaru yang mengguncang diplomasi Timur Tengah, kelompok Hamas menyatakan kesiapan untuk membebaskan seluruh sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza. Pernyataan tersebut muncul di tengah tekanan internasional yang semakin meningkat terhadap eskalasi konflik antara Hamas dan militer Israel, yang telah berlangsung sejak Oktober 2023 dan memakan banyak korban jiwa, termasuk warga sipil.
Langkah ini disebut sebagai bagian dari proposal gencatan senjata yang lebih luas, yang diharapkan dapat mengakhiri operasi militer Israel di wilayah Gaza. Hamas mengajukan kesediaannya untuk membebaskan seluruh sandera secara bertahap, dengan syarat bahwa Israel juga menghentikan agresinya secara menyeluruh, menarik pasukan dari Gaza, dan mengizinkan masuknya bantuan kemanusiaan tanpa hambatan.
Diplomasi di Titik Kritis
Pernyataan dari Hamas ini dikabarkan telah diajukan secara resmi melalui mediasi Mesir dan Qatar. Kedua negara tersebut kembali berperan sebagai penghubung dalam upaya meredakan ketegangan dan menyusun kesepakatan gencatan senjata permanen.
Menurut sumber dari kalangan diplomatik, rancangan awal dari perjanjian tersebut mencakup tiga tahap utama: pembebasan sandera sipil dan wanita, diikuti oleh tentara dan warga negara asing, dan tahap akhir berupa pertukaran tahanan dengan Israel. Di sisi lain, Israel disebut belum memberikan respons final terhadap tawaran ini, meski tekanan dari komunitas internasional terus meningkat.
Tanggapan Beragam
Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, Prancis, dan Jerman, menyambut baik sinyal positif dari Hamas, namun menekankan bahwa implementasi di lapangan harus konkret dan dapat diverifikasi. Sementara itu, Israel masih menyatakan bahwa prioritas utamanya adalah menghancurkan infrastruktur militer Hamas dan menjamin keamanan jangka panjang bagi warganya.
Netanyahu, Perdana Menteri Israel, dalam pernyataan terbarunya menyebutkan bahwa Israel akan terus menekan Hamas “hingga semua sandera dipulangkan dan ancaman dari Gaza dieliminasi.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa masih ada perbedaan tajam terkait parameter gencatan senjata dan langkah-langkah yang harus diambil kedua belah pihak.
Situasi Kemanusiaan Kian Parah
Di tengah proses negosiasi, situasi kemanusiaan di Gaza kian memburuk. Badan-badan PBB dan LSM internasional terus menyerukan penghentian serangan dan pembukaan koridor kemanusiaan. Ribuan warga sipil terjebak di tengah pertempuran, dengan akses terbatas terhadap air bersih, makanan, dan layanan medis.
Langkah Hamas yang menyatakan kesiapan membebaskan sandera dianggap oleh banyak analis sebagai langkah strategis untuk menggalang simpati internasional, sekaligus meningkatkan tekanan terhadap Israel. Namun demikian, apakah tawaran ini akan benar-benar menjadi awal dari berakhirnya konflik masih sangat bergantung pada respons dan itikad politik kedua pihak.