Pada 7 Mei 2025, India melancarkan serangan udara besar-besaran ke sembilan lokasi di Pakistan dan wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan. Operasi ini, yang dinamai “Operasi Sindoor”, merupakan respons terhadap serangan teroris di Pahalgam, Kashmir, pada 22 April yang menewaskan 26 wisatawan Hindu. India menuduh kelompok militan yang berbasis di Pakistan, seperti Lashkar-e-Taiba dan Jaish-e-Mohammed, berada di balik serangan tersebut.
Target Serangan dan Dampaknya
India menyatakan bahwa serangan tersebut menargetkan infrastruktur teroris, termasuk markas besar kelompok militan di Bahawalpur dan Muridke. Namun, Pakistan mengklaim bahwa serangan tersebut mengenai fasilitas sipil, termasuk masjid dan sekolah, yang mengakibatkan 31 warga sipil tewas dan 46 lainnya luka-luka.
Dalam serangan ini, India menggunakan jet tempur Rafale yang dilengkapi dengan rudal SCALP dan bom AASM Hammer. Operasi berlangsung selama 23 menit dan dilakukan tanpa memasuki wilayah udara Pakistan.
Respons Pakistan
Pakistan menanggapi dengan menembak jatuh lima pesawat tempur India dan satu drone di dekat pangkalan udara angkatan laut di Lahore. Selain itu, terjadi baku tembak artileri di sepanjang Garis Kontrol (LoC), yang menyebabkan korban jiwa di kedua belah pihak.
Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, mengecam serangan India sebagai tindakan pengecut dan menyatakan bahwa India harus menanggung konsekuensinya. Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, menegaskan bahwa Pakistan siap untuk perang, meskipun berharap dapat menghindari eskalasi lebih lanjut.
Reaksi Internasional dan Dampak Ekonomi
Ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran internasional, terutama karena kedua negara memiliki senjata nuklir. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, China, dan Turki menyerukan pengekangan dan penyelesaian diplomatik.
Konflik ini juga berdampak pada sektor penerbangan, dengan banyak maskapai internasional mengalihkan rute penerbangan untuk menghindari wilayah udara yang terdampak.