Setiap kali seorang Paus baru terpilih, seluruh dunia menanti-nanti satu momen ikonik yang hanya terdengar beberapa kali dalam satu generasi: “Habemus Papam.” Ungkapan ini, yang dilafalkan dari balkon utama Basilika Santo Petrus di Vatikan, menjadi pertanda bahwa pemimpin baru umat Katolik sedunia telah resmi terpilih. Namun, apa sebenarnya arti dari kalimat ini, dan mengapa momen ini begitu sakral?
Asal-usul Ungkapan “Habemus Papam”
“Habemus Papam” berasal dari bahasa Latin yang berarti “Kita memiliki seorang Paus.” Frasa lengkapnya berbunyi:
“Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!”
yang berarti:
“Aku mengumumkan kepada kalian suatu sukacita besar: Kita memiliki seorang Paus!”
Ungkapan ini menjadi bagian dari tradisi resmi Gereja Katolik Roma yang sudah berlangsung selama berabad-abad. Setelah para kardinal menyelesaikan konklaf—proses tertutup yang dilakukan untuk memilih Paus baru—dan mencapai kesepakatan dua pertiga suara, nama Paus yang terpilih diumumkan kepada publik melalui ucapan ini.
Prosesi di Balik Pengumuman
Begitu seorang kardinal terpilih menjadi Paus dan menerima tanggung jawab tersebut, bel putih muncul dari cerobong Kapel Sistina, menandai keberhasilan pemilihan. Beberapa waktu kemudian, Kardinal Protodiakon—biasanya seorang kardinal dari urutan diakon—muncul di balkon Basilika Santo Petrus dan menyampaikan pengumuman resmi.
Setelah menyebut frasa Habemus Papam, sang kardinal kemudian menyebutkan nama lahir Paus yang baru, serta nama kepausan yang dipilihnya. Ini bukan sekadar formalitas; nama baru tersebut mencerminkan inspirasi rohani atau teladan dari para Paus sebelumnya yang ingin ia lanjutkan.
Makna Spiritual dan Simbolis
Di balik tiga kata sederhana itu tersembunyi kedalaman spiritual yang luar biasa. Habemus Papam bukan hanya pengumuman administratif—ia menandai kehadiran seorang pemimpin rohani yang dipercaya meneruskan misi Petrus, Rasul pertama, sebagai gembala umat Katolik sedunia.
Bagi umat Katolik, momen ini menjadi simbol kesatuan Gereja, terutama dalam masa transisi setelah wafatnya atau pengunduran diri Paus sebelumnya. Dalam dunia yang penuh ketidakpastian, hadirnya Paus baru menjadi tanda pengharapan, kontinuitas, dan bimbingan ilahi.
Dari Roma ke Seluruh Dunia
Seiring berkembangnya teknologi dan media, pengumuman Habemus Papam kini disiarkan secara langsung ke seluruh dunia. Dari Lapangan Santo Petrus yang dipadati umat hingga layar-layar televisi dan ponsel cerdas di berbagai benua, jutaan orang menyaksikan momen bersejarah tersebut secara serentak.
Meskipun singkat, seruan Habemus Papam selalu disambut dengan sorak-sorai, air mata, dan doa. Di balik formalitas liturgi, tersembunyi emosi manusiawi—campuran harapan, rasa ingin tahu, dan keterikatan spiritual terhadap tradisi ribuan tahun.