Pemilihan Paus Leo XIV sebagai pemimpin baru Gereja Katolik telah menggema jauh melampaui tembok Vatikan. Begitu nama beliau diumumkan dari balkon Basilika Santo Petrus dengan seruan ikonik “Habemus Papam!”, gelombang ucapan selamat dan harapan pun mengalir dari berbagai penjuru dunia. Dari kepala negara hingga tokoh-tokoh lintas agama, respons yang datang tak hanya menyiratkan penghormatan, tapi juga pengharapan akan peran penting Takhta Suci dalam dunia yang tengah bergolak.
Simbol Transnasional dalam Dunia yang Terpolarisasi
Sebagai pemimpin spiritual lebih dari satu miliar umat Katolik di seluruh dunia, sosok Paus Leo XIV langsung mendapat perhatian luas. Dalam dunia yang tengah dilanda konflik geopolitik, krisis lingkungan, dan ketegangan sosial, pemilihan pemimpin Gereja Katolik seringkali dipandang sebagai momen moral yang dapat menjembatani perbedaan.
Presiden Prancis mengirimkan ucapan selamat melalui pernyataan resmi, menyebut Paus Leo XIV sebagai “penjaga nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian universal.” Sementara itu, Kanselir Jerman memuji “kepribadian moderat dan inklusif yang dapat menjadi suara moral bagi dunia.”
Sambutan Hangat dari Timur dan Barat
Presiden Amerika Serikat menghubungi Vatikan secara langsung, menyampaikan harapan bahwa hubungan diplomatik dan kerja sama lintas agama akan terus dipererat. Dalam pernyataan Gedung Putih, disebutkan bahwa Paus Leo XIV diharapkan dapat menjadi “jembatan antara iman dan kebijakan dalam menghadapi isu-isu global seperti perubahan iklim dan pengungsi.”
Dari Asia, Perdana Menteri Jepang dan Presiden Korea Selatan juga turut menyampaikan selamat, menekankan pentingnya peran Vatikan dalam diplomasi kemanusiaan. Bahkan dari negara-negara mayoritas non-Katolik seperti Indonesia, para pemimpin turut menyambut dengan hangat, menyebut momen ini sebagai “kesempatan memperkuat dialog antaragama.”
Seruan Perdamaian dari Timur Tengah
Pemimpin-pemimpin negara di Timur Tengah turut memberikan sambutan hangat, dengan beberapa pemimpin Muslim menyampaikan harapan akan kerja sama lintas iman. Emir Qatar dan Presiden Lebanon menyoroti pentingnya kehadiran Paus dalam mendorong stabilitas di wilayah yang kerap dilanda konflik agama dan politik.
Patriark dari Gereja Ortodoks di Konstantinopel juga mengirimkan pesan persaudaraan, menekankan solidaritas antar umat Kristen, dan berharap terjadinya langkah konkret dalam semangat ekumenisme.
Harapan dari Dunia Selatan
Negara-negara di Afrika dan Amerika Latin, kawasan yang selama ini menjadi basis umat Katolik terbesar di luar Eropa, menyambut terpilihnya Paus Leo XIV dengan semangat tinggi. Presiden Brasil menyebut momen ini sebagai “penyegaran moral di tengah hiruk-pikuk dunia.” Di Kenya, para pemuka agama dan pemerintah setempat menggelar misa syukur sebagai bentuk dukungan moral untuk Paus yang baru.
Banyak harapan juga dititipkan pada agenda sosial yang akan diusung oleh Paus Leo XIV—termasuk perjuangan melawan kemiskinan, ketidaksetaraan global, dan perlindungan terhadap kelompok minoritas.
Lebih dari Sekadar Ucapan
Ucapan-ucapan selamat ini menunjukkan betapa Takhta Suci tetap relevan di mata dunia. Meski otoritasnya bersifat spiritual, Paus memiliki pengaruh moral yang unik: ia bukan politisi, tapi banyak pemimpin negara menghargai pandangannya dalam membentuk kebijakan yang lebih berperikemanusiaan.
Pemilihan Paus Leo XIV bukan hanya berita penting bagi umat Katolik, tapi juga momentum internasional yang menandai harapan baru: bahwa di tengah dunia yang retak oleh perbedaan, masih ada suara yang menyerukan kesatuan, belas kasih, dan tanggung jawab global.