Skip to content

SR

Berita Viral Terbaru 2025 Update selalu dan bisa melakukan comment atau tanya jawab kita pasti cari tau semuanya

Menu
  • Beranda
  • Kebijakan Privasi
Menu

Keluarga, Cerita, dan Paus Leo XIV: Menonton Conclave Sebelum Ikut Konklaf

Posted on 10/05/2025

Pagi itu, Roma masih terbungkus kabut tipis musim semi ketika Kardinal Giuseppe d’Arienzo duduk di ruang tamu kecil kediamannya, secangkir espresso hangat di tangan, ditemani keluarganya yang baru saja tiba dari Napoli. Tidak ada ketegangan, tidak ada kecemasan—hanya obrolan ringan yang mengalir antara keheningan dan tawa kecil. Di televisi, film Conclave baru saja dimulai.

Tak lazim memang—seorang kardinal menonton film fiksi tentang pemilihan paus hanya beberapa hari sebelum dirinya melangkah ke dalam konklaf sebenarnya. Tapi inilah sisi manusiawi yang jarang terlihat dari para pemimpin spiritual Gereja Katolik. Di antara jubah merah dan liturgi yang sakral, tetap ada ruang untuk percakapan hangat, selera humor, dan bahkan kritik film.

“Lucu juga, ya. Mereka kira begini caranya kita memilih paus,” ujar sang keponakan sambil menunjuk layar, ketika seorang karakter dalam film mencoba berpolitik di balik dinding Sistina.

Kardinal Giuseppe hanya tersenyum. Tak ada pembenaran, tak pula sanggahan. Ia tahu, sebagian besar dunia melihat proses konklaf sebagai ritual misterius, nyaris mistik. Namun bagi dirinya—dan 117 kardinal lainnya—konklaf adalah gabungan antara tugas suci, refleksi rohani, dan pertanggungjawaban kepada umat beriman di seluruh dunia.

Tiga hari kemudian, Kardinal Giuseppe berjalan perlahan melewati pintu berat Kapel Sistina, diapit rekan-rekan sejawat dari lima benua. Keheningan yang menyelimuti ruangan itu kontras dengan kegembiraan keluarganya saat mereka mengantar ke bandara.

Tak ada lagi layar perak. Yang ada hanyalah suara bisikan doa, detak jam kuno di sudut ruangan, dan suara bulu pena yang menyentuh kertas suara.

Beberapa hari berselang, saat asap putih mengepul dari cerobong, dunia menyaksikan momen yang telah mereka tunggu: Habemus Papam. Namun bagi keluarga d’Arienzo, pengumuman itu mengandung makna jauh lebih dalam.

“Papa, itu Om Giuseppe!” teriak cucu sulungnya di ruang keluarga, menunjuk layar televisi saat nama Paus Leo XIV diumumkan.

Tak ada perayaan megah di rumah mereka. Hanya air mata haru, pelukan panjang, dan sebaris doa singkat yang diucapkan dalam keheningan.

Paus Leo XIV—yang hanya beberapa hari sebelumnya duduk santai menonton Conclave bersama keluarganya—kini menjadi gembala bagi 1,3 miliar umat Katolik.

Di antara kesakralan takhta Petrus, tersimpan kisah kecil yang mengingatkan kita: bahwa bahkan seorang paus pernah tertawa bersama keluarganya, mempertanyakan naskah film Hollywood, dan mengingatkan bahwa di balik gelar dan jabatan, selalu ada cerita tentang rumah.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • Mengurai Isi Gugatan UU TNI di Mahkamah Konstitusi: Batas Usia, Dwifungsi, dan Masa Depan Reformasi Militer
  • Rektor hingga Dekan Kehutanan UGM Digugat Terkait Ijazah Jokowi: Antara Gugatan, Transparansi, dan Integritas Akademik
  • Indonesia Calonkan Hikmahanto Juwono ke Komisi Hukum Internasional: Langkah Strategis dalam Diplomasi Hukum Global
  • Keluarga, Cerita, dan Paus Leo XIV: Menonton Conclave Sebelum Ikut Konklaf
  • Israel Balas Serangan Houthi, Tembaki Bandara Utama di Yaman: Api Baru di Tengah Krisis Regional

Recent Comments

  1. AmandadrYcleb mengenai Fenomena “No Viral No Justice”

Archives

  • Mei 2025
  • April 2025
  • Maret 2025
  • Februari 2025
  • Januari 2025

Categories

  • china
  • fashion
  • glodok plaza
  • hukum
  • jepang
  • kebakaran
  • korea
  • los angeles
  • makanan
  • petugas bandara
  • prabowo
  • Selebgram
  • sogok
  • tempat wisata
  • turis
  • Uncategorized
©2025 SR | Design: Newspaperly WordPress Theme