Islamabad/New Delhi – Ketegangan antara dua negara bertetangga, India dan Pakistan, kembali mencuat ke permukaan setelah insiden militer terbaru yang dinilai gegabah oleh pihak Pakistan. Dalam situasi geopolitik yang sudah lama dipenuhi kecurigaan dan konflik berkepanjangan, langkah India kali ini dinilai berisiko tinggi dan berpotensi menyeret kawasan Asia Selatan ke dalam pusaran ketidakstabilan yang lebih besar.
Insiden yang Memicu Kekhawatiran
Pekan lalu, militer India dilaporkan melakukan serangan udara terbatas di wilayah perbatasan yang disengketakan di Kashmir, dengan dalih mengeliminasi kelompok militan yang berbasis di wilayah tersebut. Namun, pemerintah Pakistan mengecam tindakan itu sebagai pelanggaran serius atas kedaulatan nasional mereka.
“Setiap pelanggaran wilayah kami adalah pelanggaran terhadap hukum internasional dan dapat menjadi pemicu konflik berskala besar,” ujar Menteri Luar Negeri Pakistan dalam konferensi pers darurat di Islamabad. Ia juga menambahkan bahwa tindakan India menunjukkan sikap agresif yang tidak bertanggung jawab dari negara yang memiliki senjata nuklir.
Respon Pakistan: Siaga dan Diplomasi
Menanggapi serangan tersebut, militer Pakistan dikabarkan meningkatkan kesiagaan di sepanjang Line of Control (LoC), garis demarkasi de facto yang memisahkan wilayah Kashmir yang dikuasai India dan Pakistan. Namun, sejauh ini, Pakistan memilih untuk tidak membalas secara militer, melainkan mengedepankan jalur diplomasi untuk meredam eskalasi.
Pakistan juga telah membawa isu ini ke forum internasional, termasuk PBB dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), sambil memperingatkan bahwa tindakan unilateral India bisa memicu konfrontasi terbuka antara dua negara yang sama-sama memiliki persenjataan nuklir.
Risiko Konflik Nuklir: Ancaman Nyata bagi Kawasan
Para pengamat hubungan internasional menilai bahwa setiap provokasi di antara India dan Pakistan tidak bisa dianggap enteng. Kedua negara memiliki sejarah panjang konflik bersenjata, termasuk tiga perang besar sejak mereka merdeka dari Inggris pada 1947. Ketegangan yang terus berulang terutama di wilayah Kashmir, menjadikan kawasan ini salah satu titik nyala paling berbahaya di dunia.
“Yang membuat konflik ini sangat mengkhawatirkan adalah fakta bahwa kedua negara memiliki senjata nuklir. Sebuah kesalahan kalkulasi saja bisa menimbulkan bencana kemanusiaan besar,” kata Prof. Rakesh Sharma, analis kebijakan luar negeri dari Universitas Jawaharlal Nehru.
Seruan Dunia Internasional
Komunitas internasional mulai angkat bicara. Sekretaris Jenderal PBB menyerukan kedua negara untuk menahan diri dan membuka kembali dialog damai. Sementara itu, beberapa negara besar seperti Tiongkok dan Amerika Serikat mendesak India dan Pakistan untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.
“Stabilitas kawasan Asia Selatan sangat penting, dan harus diupayakan lewat diplomasi, bukan lewat kekuatan militer,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok.
Harapan untuk Perdamaian
Meski situasi di lapangan menunjukkan kesiagaan militer tinggi dari kedua belah pihak, masyarakat sipil dan sejumlah organisasi perdamaian di India maupun Pakistan terus menyuarakan pentingnya dialog. Di media sosial, tagar seperti #PeaceForKashmir dan #NoToWar kembali menjadi trending, mencerminkan keresahan publik terhadap kemungkinan konflik bersenjata.
Dalam kondisi yang mudah terbakar seperti saat ini, dibutuhkan keberanian politik dan itikad baik dari kedua belah pihak untuk memilih jalur damai, bukan jalan perang. Dunia menyaksikan, dan masa depan jutaan manusia bergantung pada keputusan-keputusan yang diambil dalam waktu dekat.