Belakangan ini, nama Gibran Rakabuming Raka kembali menjadi sorotan publik, bukan karena jabatan politiknya sebagai Wali Kota Surakarta atau perannya di kancah nasional, melainkan karena aktivitas barunya di dunia digital. Putra sulung Presiden Joko Widodo itu mulai aktif mengunggah video monolog di kanal YouTube, membahas berbagai isu dengan gaya santai namun tegas. Fenomena ini pun langsung mengundang perhatian banyak pihak, termasuk Kementerian Sekretariat Negara (Setneg) yang akhirnya turut memberikan tanggapan resmi.
Gibran dan Gaya Baru di Dunia Digital
Dalam beberapa pekan terakhir, kanal YouTube Gibran menampilkan video-video monolog berdurasi singkat, biasanya antara lima hingga sepuluh menit. Ia membahas beragam topik, mulai dari isu sosial, kritik terhadap kebijakan publik, hingga refleksi tentang dinamika politik tanah air. Dengan latar belakang sederhana, tanpa gimmick berlebihan, Gibran tampil apa adanya—kadang serius, kadang menyelipkan humor khasnya yang dikenal publik sejak lama.
Gaya komunikasi ini dianggap lebih membumi, seolah membangun ruang dialog baru dengan masyarakat tanpa perantara media arus utama. Tak sedikit yang menilai bahwa langkah ini adalah bentuk strategi komunikasi pribadi Gibran yang makin matang, di tengah tugasnya sebagai pejabat publik dan peran politiknya yang kian besar.
Respons Masyarakat dan Dunia Maya
Respons masyarakat terhadap monolog Gibran di YouTube pun beragam. Ada yang mengapresiasi keterbukaannya untuk menyuarakan pandangan langsung kepada publik, tanpa terkesan formal atau kaku. Banyak pula yang merasa bahwa gaya Gibran ini menyegarkan di tengah citra pejabat yang sering kali terlihat terlalu protokoler dan berjarak.
Namun, tentu saja, kritik tetap ada. Beberapa netizen mempertanyakan apakah langkah ini berpotensi tumpang tindih dengan tugas-tugas resminya sebagai Wali Kota. Ada pula yang bertanya-tanya soal maksud di balik intensitas Gibran membangun kehadiran di platform digital, mengingat suhu politik nasional yang semakin menghangat menjelang tahun-tahun politik mendatang.
Setneg Angkat Bicara
Melihat dinamika yang berkembang, Kementerian Sekretariat Negara (Setneg) akhirnya buka suara. Melalui juru bicaranya, Setneg menegaskan bahwa aktivitas digital Gibran, termasuk monolog di YouTube, merupakan inisiatif pribadi dan tidak ada kaitannya langsung dengan kebijakan pemerintahan pusat maupun tugas kenegaraan.
“Pak Gibran dalam kapasitasnya sebagai individu memiliki hak untuk berpendapat dan mengekspresikan pandangannya melalui media sosial. Tentunya, selama aktivitas tersebut tidak melanggar peraturan dan etika publik, itu menjadi bagian dari kebebasan berekspresi,” ujar juru bicara Setneg dalam keterangan tertulisnya.
Setneg juga menambahkan bahwa pejabat publik tetap harus menjaga keseimbangan antara aktivitas personal di ruang digital dan tanggung jawab resmi mereka kepada masyarakat. Namun, hingga saat ini, tidak ada pelanggaran atau keluhan formal yang ditujukan kepada Gibran terkait aktivitas YouTube-nya.
Membaca Strategi Komunikasi Gibran
Langkah Gibran meramaikan YouTube dengan monolog singkat ini dianggap sebagai bagian dari upaya membangun citra politik yang lebih personal dan otentik. Di era digital, kehadiran di media sosial bukan sekadar pelengkap, melainkan sudah menjadi alat komunikasi utama untuk menjangkau generasi muda yang haus akan keterbukaan dan keaslian.
Dalam setiap monolognya, Gibran cenderung menghindari retorika politik yang muluk-muluk. Ia lebih sering berbicara dengan gaya kasual, bahkan sesekali mengangkat topik ringan yang relatable dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Ini membuat kontennya terasa lebih manusiawi dibandingkan dengan gaya komunikasi pejabat pada umumnya.