Pada 4 Mei 2025, kelompok Houthi yang didukung Iran meluncurkan rudal balistik hipersonik yang menghantam dekat Terminal 3 Bandara Internasional Ben Gurion, Tel Aviv. Serangan ini menyebabkan delapan orang terluka dan memicu kepanikan di antara para pelancong. Serangan ini juga menandai kegagalan sistem pertahanan udara canggih Israel dan AS dalam mencegat rudal tersebut .
Deklarasi Blokade Udara oleh Houthi
Setelah serangan tersebut, Houthi mengumumkan blokade udara terhadap Bandara Ben Gurion, menyatakan bahwa bandara tersebut tidak lagi aman untuk penerbangan hingga agresi Israel di Gaza dihentikan . Mereka juga memperingatkan maskapai penerbangan internasional untuk menghindari wilayah udara Israel, memperkuat ancaman mereka terhadap infrastruktur sipil Israel.
Reaksi Internasional dan Dampak terhadap Penerbangan
Serangan ini menyebabkan beberapa maskapai internasional, termasuk Delta, United, Lufthansa, Air France, dan Air India, menangguhkan sementara penerbangan ke Israel . Meskipun Bandara Ben Gurion kembali beroperasi dalam waktu 30 menit, insiden ini menimbulkan kekhawatiran global mengenai keselamatan penerbangan di wilayah tersebut
Tanggapan Israel dan Eskalasi Konflik
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berjanji akan membalas serangan Houthi dan menyalahkan Iran atas dukungannya terhadap kelompok tersebut . Menteri Pertahanan Israel, Yoav Katz, juga mengancam akan memberikan respons yang lebih kuat terhadap serangan tersebut . Sebagai tanggapan, Israel mulai memobilisasi ribuan pasukan cadangan dan mempertimbangkan opsi militer lebih lanjut di Gaza.
Dampak Regional dan Potensi Eskalasi
Serangan Houthi terhadap Bandara Ben Gurion menunjukkan kemampuan mereka untuk menyerang target strategis di Israel, meningkatkan ketegangan regional. Dengan dukungan Iran, Houthi berpotensi memperluas serangan mereka, termasuk terhadap infrastruktur penting lainnya di Israel. Situasi ini memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza dan meningkatkan risiko konflik yang lebih luas di Timur Tengah.