Seoul – Situasi politik di Korea Selatan semakin memanas setelah Ibu Negara, Kim Keon Hee, dikabarkan meluapkan kemarahannya kepada Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) yang dianggap gagal mencegah penahanan suaminya, Presiden Yoon Suk Yeol. Kejadian ini terjadi setelah Yoon ditahan pasca pemakzulan yang diputuskan oleh Majelis Nasional Korea Selatan.
Kemarahan Kim Keon Hee ini menambah daftar panjang kontroversi yang menyelimuti pemerintahannya. Beberapa laporan menyebutkan bahwa dalam kemarahannya, ia bahkan melontarkan ancaman yang mengejutkan.
Latar Belakang Pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol
Presiden Yoon Suk Yeol menghadapi pemakzulan setelah tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan kebijakan yang dinilai kontroversial. Pada 3 Desember 2024, Yoon mengumumkan keadaan darurat militer, yang memicu ketegangan politik di Korea Selatan. Langkah tersebut dianggap sebagai upaya untuk mempertahankan kekuasaannya di tengah guncangan politik yang terjadi.
Majelis Nasional Korea Selatan pun segera merespons dengan melakukan proses pemakzulan terhadap Yoon. Pemakzulan ini disahkan dan saat ini tengah ditinjau oleh Mahkamah Konstitusi. Jika pemakzulan disetujui, Korea Selatan harus menggelar pemilihan presiden dalam waktu 60 hari untuk mencari pemimpin baru.
Namun, di tengah proses hukum yang sedang berlangsung, pihak kepolisian Korea Selatan bergerak lebih cepat dengan menahan Yoon Suk Yeol. Hal ini memicu protes besar dari para pendukungnya, termasuk kemarahan dari sang Ibu Negara, Kim Keon Hee.
Kemarahan Kim Keon Hee terhadap Paspampres
Menurut laporan media lokal, Kim Keon Hee sangat marah terhadap Paspampres karena mereka tidak bisa mencegah suaminya ditahan. Dalam laporan surat perintah penangkapan terhadap dua pejabat senior Paspampres, Kim dikutip melontarkan pernyataan bernada keras.
“Apa gunanya membawa senjata? Kalian seharusnya mencegah hal seperti ini,” ujar Kim dengan nada tinggi kepada para petugas pengamanan presiden.
Bahkan, laporan lebih lanjut menyebutkan bahwa Kim Keon Hee dalam kemarahannya sempat menyatakan keinginannya untuk “menembak Ketua Partai Demokrat Lee Jae Myung” sebelum mengakhiri hidupnya sendiri. Pernyataan ini mengejutkan banyak pihak dan semakin menambah ketegangan politik di Negeri Ginseng.
Sementara itu, pihak berwenang telah menindaklanjuti insiden ini dengan mengajukan surat perintah penangkapan terhadap dua pejabat senior Paspampres yang diduga terlibat dalam upaya menghalangi penahanan Yoon.
Upaya Paspampres Menghalangi Penahanan Yoon
Sebelumnya, pasukan pengamanan presiden sempat menghalangi upaya aparat kepolisian untuk menangkap Yoon. Pada 15 Januari 2025, kepolisian Korea Selatan mencoba menahan mantan presiden tersebut, namun upaya tersebut gagal karena Paspampres melakukan blokade keamanan.
Pihak kepolisian kemudian menggelar operasi penangkapan skala besar yang akhirnya berhasil menangkap Yoon beberapa hari kemudian. Penahanan ini memicu gelombang protes dari para pendukung Yoon, yang merasa bahwa proses hukum terhadapnya bermuatan politis.
Kesehatan Kim Keon Hee Memburuk
Setelah insiden ini, kondisi kesehatan Kim Keon Hee dikabarkan memburuk. Menurut laporan dari Kwon Young Jin, anggota parlemen dari People Power Party (PPP), Kim terlihat sangat terpukul dengan situasi yang terjadi.
“Saya menjenguk Ibu Negara, dan wajahnya terlihat sangat buruk. Saya merasa kasihan padanya,” ujar Kwon kepada media.
Kim Keon Hee memang dikenal sebagai sosok yang loyal terhadap suaminya. Sejak Yoon Suk Yeol menjabat sebagai Presiden Korea Selatan, Kim kerap terlibat dalam berbagai kebijakan dan keputusan politik yang diambil pemerintahannya.
Namun, akibat tekanan yang luar biasa dari kasus pemakzulan dan penahanan Yoon, kesehatannya semakin memburuk. Beberapa sumber menyebutkan bahwa ia mengalami stres berat dan sulit tidur sejak kejadian ini terjadi.
Kontroversi Kim Keon Hee Sebelumnya
Kim Keon Hee bukanlah sosok yang asing dalam kontroversi. Sebelumnya, ia sudah beberapa kali menjadi sorotan publik karena pernyataan-pernyataan dan tindakannya yang dianggap kontroversial.
Pada akhir Januari 2024, Kim sempat menjadi perbincangan publik setelah ia mengancam akan memenjarakan para jurnalis yang mengkritik suaminya. Pernyataan tersebut menuai kecaman dari berbagai pihak, termasuk organisasi kebebasan pers di Korea Selatan.
Selain itu, Kim juga pernah terseret dalam kasus dugaan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan yang menyeret nama beberapa pejabat tinggi di pemerintahan Yoon.
Dampak Politik dan Situasi Terkini
Saat ini, situasi politik di Korea Selatan masih dalam kondisi yang tidak stabil. Mahkamah Konstitusi tengah meninjau keputusan pemakzulan Yoon, dan jika disetujui, negara ini harus segera menggelar pemilihan presiden untuk mencari penggantinya.
Sementara itu, Kim Keon Hee masih berada di kediaman resmi presiden dan belum memberikan pernyataan resmi terkait situasi yang terjadi. Kantor kepresidenan Korea Selatan sendiri membantah laporan mengenai kemarahan Kim terhadap Paspampres, namun menolak memberikan komentar lebih lanjut mengenai isu ini.
Banyak pihak yang menilai bahwa insiden ini akan semakin memperumit transisi politik di Korea Selatan. Dengan adanya konflik internal di pemerintahan dan tekanan dari oposisi, negara ini menghadapi tantangan besar dalam mencari solusi politik yang dapat diterima oleh semua pihak.
Kesimpulan
Kemarahan Kim Keon Hee terhadap Paspampres setelah penahanan Yoon Suk Yeol menunjukkan betapa dramatisnya situasi politik di Korea Selatan saat ini. Pernyataan keras yang ia lontarkan terhadap pasukan pengamanan presiden serta kondisi kesehatannya yang memburuk menambah ketegangan di tengah proses hukum yang sedang berjalan.
Di sisi lain, pemakzulan Yoon Suk Yeol dan penahanan dirinya menjadi titik balik dalam sejarah politik Korea Selatan. Keputusan Mahkamah Konstitusi dalam waktu dekat akan menentukan arah masa depan pemerintahan negara ini.
Masyarakat Korea Selatan kini menunggu dengan penuh perhatian bagaimana perkembangan kasus ini ke depannya, sementara pihak oposisi dan pendukung Yoon terus bersitegang mengenai legitimasi pemakzulan tersebut. Dengan berbagai ketidakpastian yang terjadi, Korea Selatan tengah berada dalam masa transisi politik yang penuh tantangan, di mana keputusan yang diambil dalam waktu dekat akan menentukan stabilitas negara ini ke depan