Gaza – Dua rumah sakit di Jalur Gaza kembali menjadi sasaran serangan udara Israel pada Senin dini hari, memicu gelombang kecaman internasional. Militer Israel mengklaim serangan tersebut ditujukan untuk memburu Mohammed Sinwar, tokoh penting Hamas dan saudara kandung dari pemimpin militer kelompok itu, Yahya Sinwar.
Ledakan mengguncang kawasan padat di Khan Younis dan Rafah, tempat dua fasilitas medis—Rumah Sakit Al-Najjar dan Rumah Sakit Kuwait—beroperasi di tengah krisis kemanusiaan yang memburuk. Serangan terjadi saat pasien dan tenaga medis masih aktif di dalam bangunan, menambah panjang daftar korban sipil dalam konflik yang telah berlangsung berbulan-bulan.
Militer Israel Klaim Targetnya Legitimate
Dalam pernyataan resminya, Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebutkan bahwa lokasi tersebut diyakini menjadi “tempat persembunyian strategis” Mohammed Sinwar, tokoh senior Hamas yang disebut memiliki peran kunci dalam perencanaan serangan 7 Oktober lalu.
“Informasi intelijen menunjukkan adanya aktivitas tingkat tinggi dari elemen senior Hamas di sekitar dua fasilitas tersebut. Operasi kami ditujukan untuk melumpuhkan elemen strategis, bukan menyerang fasilitas kesehatan,” ujar Daniel Hagari, juru bicara IDF.
Namun, hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi independen mengenai keberadaan atau status Mohammed Sinwar pasca serangan. Hamas pun membantah bahwa tokoh mereka berada di area rumah sakit saat serangan terjadi.
Korban Sipil Terus Berjatuhan
Sumber medis di Gaza melaporkan sedikitnya 38 orang tewas dalam serangan tersebut, termasuk pasien anak-anak dan dua dokter. Puluhan lainnya luka-luka, sebagian dalam kondisi kritis. “Kami melihat api membesar di ruang IGD. Orang-orang berlarian, menggendong anak-anak dengan luka terbuka,” kata Dr. Salim Abu Rashed, seorang dokter yang bertugas di RS Al-Najjar.
Warga sekitar menggambarkan suasana penuh kepanikan. Beberapa relawan bahkan mengaku terjebak di dalam puing bangunan saat mencoba menyelamatkan pasien. “Tidak ada tempat aman di Gaza. Bahkan rumah sakit pun tidak,” ujar seorang perawat perempuan yang menolak disebutkan namanya.
Kecaman Internasional Menguat
Serangan ini langsung memicu kecaman dari berbagai organisasi hak asasi manusia dan lembaga internasional. Komite Palang Merah Internasional menyatakan keprihatinan mendalam dan mendesak semua pihak menghormati status perlindungan fasilitas medis berdasarkan hukum humaniter internasional.
“Rumah sakit bukan medan tempur. Menyerang rumah sakit, apapun alasannya, harus dihentikan,” demikian pernyataan Amnesty International.
PBB melalui juru bicara Sekjen António Guterres menyampaikan bahwa pihaknya tengah mengumpulkan data dan menilai potensi pelanggaran hukum internasional dalam insiden tersebut. “Kami menuntut penyelidikan independen dan akuntabilitas,” kata Stéphane Dujarric.
Krisis Gaza Semakin Mencekam
Situasi di Gaza kian memburuk. Sejak awal invasi darat Israel di wilayah selatan, lebih dari 35.000 warga Palestina dilaporkan tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak. Serangan ke fasilitas sipil semakin marak, sementara pasokan bantuan terbatas karena blokade dan serangan udara yang berkelanjutan.
Dengan kondisi rumah sakit yang menjadi target, warga kini benar-benar kehabisan pilihan untuk mendapatkan perawatan. Banyak dari mereka kini dirawat di tenda darurat atau bahkan di lantai tanah dengan peralatan seadanya.
Upaya Damai Terhambat
Serangan terbaru ini diyakini akan memperumit upaya gencatan senjata yang sedang diupayakan oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat. Pemerintah Mesir menyebut serangan terhadap rumah sakit “tidak dapat diterima dan menutup ruang diplomasi.”
Sementara itu, Israel bersikeras bahwa mereka memiliki “hak untuk mempertahankan diri” dan menuntaskan misi menghancurkan infrastruktur Hamas, termasuk para pemimpinnya.