Gaza kembali dilanda duka di tengah perayaan Idulfitri. Selama dua hari terakhir, serangan udara yang dilancarkan oleh militer Israel telah menewaskan setidaknya 65 warga Palestina, termasuk anak-anak dan paramedis. Serangan ini terjadi saat umat Muslim di seluruh dunia merayakan hari kemenangan setelah sebulan berpuasa.
Militer Israel mengklaim bahwa operasi tersebut menargetkan fasilitas militer, peluncur roket, dan terowongan di berbagai area di Jalur Gaza. Namun, serangan tersebut juga menyebabkan korban jiwa di kalangan sipil dan menghancurkan infrastruktur penting. Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah mengutuk keras serangan yang menewaskan delapan paramedis Palestina yang sedang bertugas.
Selain itu, militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi bagi penduduk Rafah, sebuah kota di selatan Gaza, sebagai indikasi kemungkinan operasi darat besar-besaran. Perintah ini memicu kekhawatiran akan meningkatnya jumlah pengungsi dan memburuknya krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Sejak dimulainya kembali konflik pada 18 Maret, lebih dari 900 warga Palestina dilaporkan tewas. Situasi ini menambah panjang daftar korban sejak eskalasi kekerasan pada Oktober 2023, dengan total lebih dari 50.000 warga Palestina kehilangan nyawa dan sebagian besar dari 2,2 juta penduduk Gaza terpaksa mengungsi.
Komunitas internasional, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, mengecam keras serangan ini dan menyerukan penghentian segera aksi militer untuk mencegah jatuhnya lebih banyak korban sipil. Namun, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda deeskalasi dari pihak-pihak yang terlibat.