New Delhi/Islamabad – Ketegangan di kawasan perbatasan antara India dan Pakistan kembali memuncak. Pemerintah India resmi menutup sementara jalur perlintasan utama di wilayah perbatasan Kashmir, setelah terjadi serangan mematikan yang menargetkan konvoi pasukan paramiliter India di distrik Poonch, pada akhir pekan lalu.
Dalam serangan tersebut, sedikitnya empat anggota pasukan keamanan dilaporkan tewas dan beberapa lainnya mengalami luka serius. Kelompok militan bersenjata yang diduga berasal dari wilayah perbatasan Pakistan disebut-sebut sebagai dalang di balik serangan itu, meski hingga kini belum ada pihak yang secara terbuka mengklaim tanggung jawab.
Penutupan Jalur LoC: Langkah Pencegahan Eskalasi
Jalur yang ditutup mencakup sejumlah pos pengawasan dan titik perdagangan melintasi Line of Control (LoC) — garis gencatan senjata de facto yang membagi wilayah Kashmir antara India dan Pakistan. Pejabat militer India menyebut penutupan ini sebagai langkah pengamanan guna mencegah potensi infiltrasi lebih lanjut dari kelompok bersenjata yang beroperasi di daerah perbatasan.
“Ini bukan hanya respons atas serangan terakhir, tetapi juga bagian dari kebijakan pertahanan aktif untuk melindungi wilayah kami dari ancaman lintas batas,” ujar seorang perwira senior militer India yang enggan disebutkan namanya.
Pakistan Angkat Suara: Minta Bukti, Tolak Tuduhan
Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Pakistan mengeluarkan pernyataan tegas membantah keterlibatan negaranya dalam insiden tersebut. Islamabad bahkan menyebut tuduhan India sebagai bentuk pengalihan isu dalam negeri dan menyerukan agar investigasi dilakukan secara transparan.
“Kami menolak segala tuduhan tak berdasar yang ditujukan kepada Pakistan. Setiap insiden kekerasan harus diselidiki dengan bukti konkret, bukan asumsi politis,” tegas juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan, Mumtaz Zahra Baloch.
Imbas pada Warga Sipil dan Ekonomi Lokal
Penutupan jalur perbatasan ini langsung berdampak pada ribuan warga sipil, terutama yang tinggal di desa-desa di sepanjang LoC. Aktivitas perdagangan lintas batas, yang selama ini menjadi sumber ekonomi utama, terpaksa dihentikan. Sejumlah pengusaha kecil dan pedagang mengaku rugi akibat pengiriman barang tertunda.
“Saya sudah menyiapkan pengiriman apel dan kenari ke Pakistan minggu ini. Tapi sekarang semuanya tertahan. Kami hanya ingin damai dan hidup tenang,” kata Farooq Ahmed, petani dari Baramulla, Kashmir.
Kondisi Kashmir: Di Tengah Kepungan Konflik Lama
Wilayah Kashmir yang diperebutkan kedua negara nuklir ini telah lama menjadi sumber konflik. Sejak pembagian India dan Pakistan pada tahun 1947, ketegangan di wilayah ini tidak pernah sepenuhnya surut. Meskipun berbagai perjanjian damai telah dicoba, bentrokan bersenjata kecil dan insiden pengeboman masih sering terjadi.
Beberapa analis menilai bahwa ketegangan ini berisiko menjadi konflik terbuka jika tidak diredam dengan pendekatan diplomatik yang serius.
“Setiap kali kekerasan terjadi di Kashmir, ada bahaya nyata eskalasi antara dua kekuatan bersenjata nuklir. Dunia harus memberi perhatian lebih besar pada perdamaian di wilayah ini,” ujar Prof. Rehman Ali, pakar hubungan internasional dari Universitas Lahore.
Upaya Damai dan Seruan Internasional
Sejumlah negara termasuk Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyerukan kedua pihak untuk menahan diri. Dalam pernyataan resminya, PBB meminta agar India dan Pakistan kembali ke meja dialog dan memastikan perlindungan terhadap warga sipil.
Penutupan jalur perbatasan ini menambah daftar panjang dinamika di kawasan Himalaya yang telah lama menjadi titik api geopolitik Asia Selatan.