Menjelang konklaf yang dijadwalkan pada 7 Mei 2025 untuk memilih penerus Paus Fransiskus, perhatian dunia tertuju pada langkah Presiden Prancis, Emmanuel Macron, yang diduga mencoba memengaruhi proses pemilihan tersebut. Dalam sebuah jamuan makan di Kedutaan Besar Prancis untuk Takhta Suci, Macron bertemu dengan beberapa kardinal Prancis, termasuk Uskup Agung Marseille, Jean-Marc Aveline, yang disebut-sebut sebagai salah satu kandidat kuat paus berikutnya. Pertemuan ini juga dihadiri oleh tokoh-tokoh berpengaruh seperti Andrea Riccardi, pendiri Komunitas Sant’Egidio, yang dikenal memiliki kedekatan dengan Vatikan.
Langkah Macron ini menuai kritik tajam dari berbagai pihak, terutama di Italia, yang menilai tindakan tersebut sebagai bentuk campur tangan politik dalam urusan internal Gereja Katolik. Sebagai negara sekuler, Prancis secara konstitusional memisahkan agama dan negara, sehingga keterlibatan langsung presiden dalam proses pemilihan pemimpin tertinggi Gereja Katolik dianggap melanggar prinsip tersebut.
Meskipun Prancis memiliki lima kardinal yang berhak memilih dalam konklaf, pengaruh mereka relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Italia dan Amerika Serikat. Namun, kehadiran Macron dalam pertemuan dengan para kardinal menimbulkan spekulasi bahwa ia berusaha meningkatkan pengaruh Prancis dalam pemilihan paus, terutama dengan mendukung kandidat dari negaranya sendiri.
Sejarah mencatat bahwa paus terakhir yang berasal dari Prancis adalah Paus Gregorius XI, yang memindahkan kembali Takhta Suci dari Avignon ke Roma pada tahun 1377. Sejak saat itu, belum ada lagi paus yang berasal dari Prancis, meskipun negara tersebut memiliki sejarah panjang dalam Gereja Katolik.
Langkah Macron ini juga menimbulkan pertanyaan tentang batas antara diplomasi dan campur tangan politik dalam urusan keagamaan. Sementara beberapa pihak melihatnya sebagai upaya untuk memperkuat posisi Prancis di kancah internasional, yang lain menganggapnya sebagai pelanggaran terhadap otonomi Gereja Katolik dan prinsip-prinsip sekularisme.
Dengan konklaf yang semakin dekat, perhatian dunia akan terus tertuju pada dinamika internal Vatikan dan bagaimana pengaruh eksternal, termasuk dari tokoh politik seperti Macron, dapat memengaruhi proses pemilihan paus baru. Apakah tindakan ini akan berdampak signifikan atau justru menimbulkan resistensi di kalangan kardinal, hanya waktu yang akan menjawab.