Yogyakarta — Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) kembali menunjukkan langkah progresif dalam mendukung pariwisata berkelanjutan. Mulai 1 Mei 2025, Pemda DIY resmi mengoperasikan bus listrik ramah lingkungan sebagai sarana transportasi umum bagi wisatawan yang berkunjung ke kawasan Malioboro dan sekitarnya. Kebijakan ini tidak hanya mendukung pengurangan emisi karbon, tetapi juga memperkuat citra Yogyakarta sebagai kota wisata yang ramah lingkungan dan berbudaya.
Transportasi Wisata Ramah Lingkungan
Penggunaan bus listrik merupakan bagian dari program “Smart and Green Tourism” yang telah dicanangkan Pemda DIY sejak beberapa tahun terakhir. Langkah ini sekaligus menjawab tantangan mobilitas wisatawan yang tinggi, terutama di kawasan padat seperti Malioboro, Keraton, dan Taman Sari, tanpa menambah polusi udara dan kebisingan.
Bus listrik yang akan beroperasi memiliki desain modern namun tetap mengusung nuansa lokal. Kendaraan ini dilengkapi dengan AC, kamera keamanan, sistem pembayaran non-tunai, serta ramah terhadap difabel. Kapasitasnya mencapai 30 penumpang dan akan beroperasi secara reguler dari pagi hingga malam hari.
“Yogyakarta tidak hanya dikenal karena budayanya, tetapi juga karena kehangatan dan kenyamanan yang ditawarkan kepada wisatawan. Dengan hadirnya bus listrik ini, kami ingin memberi pengalaman wisata yang lebih nyaman sekaligus ramah lingkungan,” ujar GKR Hemas selaku perwakilan dari pihak Pemda DIY dalam peluncuran perdana armada tersebut.
Integrasi dengan Kawasan Wisata
Bus listrik ini akan melayani rute-rute strategis yang menghubungkan berbagai titik wisata populer. Mulai dari kawasan Stasiun Tugu, Malioboro, Alun-Alun Utara, Keraton Yogyakarta, hingga ke Tamansari dan Pasar Beringharjo. Transportasi ini akan terintegrasi dengan aplikasi khusus yang memungkinkan wisatawan melacak posisi bus secara real-time, mengetahui estimasi kedatangan, serta mencari rute terdekat dari tempat mereka berada.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan pribadi maupun ojek daring, yang sering kali menyebabkan kemacetan parah di pusat kota, terutama saat musim liburan atau akhir pekan panjang.
Upaya Pemda DIY dalam Mendukung Transisi Energi
Kebijakan ini juga menjadi bagian dari komitmen Pemda DIY dalam mendukung transisi energi nasional menuju penggunaan energi bersih. Dengan menggandeng berbagai pihak, termasuk Kementerian Perhubungan dan produsen kendaraan listrik nasional, proyek ini diharapkan menjadi contoh bagi kota-kota lain di Indonesia.
“Kami tidak hanya bicara soal wisata yang nyaman, tapi juga soal tanggung jawab terhadap lingkungan. Transportasi publik listrik ini adalah langkah nyata yang bisa dilihat dan dirasakan dampaknya oleh masyarakat,” ujar Kepala Dinas Perhubungan DIY, Ni Ketut Dewi Nirmala.
Ia menambahkan bahwa dalam tahap awal, sebanyak 10 unit bus listrik akan dioperasikan, dan jumlahnya akan bertambah seiring dengan evaluasi kebutuhan dan respons dari masyarakat serta wisatawan.
Antusiasme Pelaku Wisata
Kehadiran bus listrik disambut baik oleh pelaku industri pariwisata lokal. Banyak dari mereka menilai bahwa inisiatif ini dapat menambah daya tarik wisatawan, terutama wisatawan mancanegara yang kerap menaruh perhatian pada aspek keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan.
“Malioboro adalah jantung pariwisata Yogyakarta. Dengan sistem transportasi yang bersih dan terorganisir, kami optimis wisatawan akan semakin betah berlama-lama di sini,” kata Sigit Raharjo, pemilik usaha penginapan di kawasan Sosrowijayan.
Menuju Pariwisata Modern Tanpa Meninggalkan Kearifan Lokal
Pemda DIY menegaskan bahwa modernisasi sektor pariwisata tidak berarti meninggalkan akar budaya lokal. Justru dengan inovasi ini, Yogyakarta ingin menampilkan wajah baru: sebuah kota yang mampu menjaga tradisi sambil melangkah menuju masa depan yang lebih hijau dan cerdas.
Dalam waktu dekat, Pemda juga akan melibatkan seniman lokal untuk mendesain interior dan eksterior bus listrik dengan sentuhan khas Yogyakarta seperti batik, motif wayang, dan elemen arsitektur Jawa.