Dalam langkah diplomatik yang mengejutkan banyak pihak, Arab Saudi dan Qatar mengumumkan komitmen bersama untuk membantu Suriah melunasi sebagian utangnya di Bank Dunia. Keputusan ini diumumkan pada forum ekonomi regional yang baru saja digelar di Riyadh, mempertegas sinyal rekonsiliasi yang belakangan mulai menghangat antara Suriah dan sejumlah negara Teluk.
Pengumuman tersebut disampaikan langsung oleh Menteri Keuangan Arab Saudi, Mohammed Al-Jadaan, dan didukung oleh Menteri Keuangan Qatar, Ali bin Ahmed Al Kuwari. Keduanya menyatakan bahwa inisiatif ini bertujuan untuk “mendorong stabilitas regional” dan “memberi kesempatan baru bagi rekonstruksi Suriah yang berkelanjutan”.
Latar Belakang Utang Suriah
Sejak meletusnya perang saudara pada 2011, perekonomian Suriah hancur lebur. Berbagai sanksi internasional, runtuhnya infrastruktur, dan terputusnya hubungan diplomatik menyebabkan negara itu menumpuk utang besar, termasuk kepada lembaga-lembaga seperti Bank Dunia. Hingga awal 2024, tercatat Suriah memiliki kewajiban utang eksternal mencapai miliaran dolar AS, dengan sebagian besar jatuh tempo dalam beberapa tahun ke depan.
Dengan bantuan dari Arab Saudi dan Qatar, Suriah diharapkan bisa mencicil sebagian utang tersebut, yang menjadi syarat penting untuk mendapatkan kembali akses terhadap dana pembangunan internasional.
Upaya Normalisasi Politik
Kesediaan Saudi dan Qatar membantu pelunasan utang Suriah juga dipandang sebagai bagian dari langkah politik yang lebih besar. Sejak awal 2023, terlihat adanya upaya kolektif di kawasan untuk memulihkan hubungan dengan Damaskus, termasuk melalui kembalinya Suriah ke Liga Arab.
“Ini bukan hanya soal uang. Ini adalah pesan bahwa kawasan ini ingin bergerak maju, meninggalkan konflik, dan membangun masa depan bersama,” ujar seorang analis politik Timur Tengah kepada media lokal.
Meski begitu, banyak kalangan menilai bahwa langkah ini tetap penuh tantangan. Hubungan diplomatik antara Suriah dan beberapa negara Teluk sempat memburuk tajam selama konflik berlangsung, dengan tuduhan pelanggaran HAM menjadi batu sandungan utama.
Skema Bantuan
Menurut pernyataan resmi, bantuan Saudi dan Qatar akan disalurkan melalui skema gabungan hibah dan pinjaman lunak. Fokus utamanya adalah membantu Suriah membayar utang-utang yang mendesak di Bank Dunia, sembari membuka jalur kerja sama untuk pembangunan kembali sektor vital seperti energi, kesehatan, dan pendidikan.
Namun, kedua negara juga menegaskan bahwa bantuan ini akan diawasi secara ketat. Transparansi penggunaan dana akan menjadi syarat mutlak, agar bantuan benar-benar digunakan untuk kepentingan rakyat Suriah, bukan untuk memperkuat elit politik tertentu.
Reaksi Beragam
Langkah ini menuai reaksi beragam di kancah internasional. Beberapa negara Barat masih mempertahankan posisi skeptis terhadap normalisasi dengan Suriah, mengingat belum ada reformasi politik signifikan di negara tersebut. Namun di kawasan Timur Tengah sendiri, semakin banyak suara yang menyerukan pendekatan pragmatis guna memulihkan stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Memboikot Suriah selama satu dekade tidak membawa solusi. Mungkin sekarang saatnya mencoba pendekatan yang berbeda,” ujar seorang diplomat senior asal Teluk.