Washington, D.C. – Sebuah keputusan mengejutkan datang dari mantan Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump, yang kembali menciptakan gejolak di tubuh militer AS. Melalui pernyataan politik yang kontroversial, Trump secara terbuka menyerukan kepada Pentagon untuk “membersihkan” jajaran jenderal yang dinilainya tidak setia dan terlalu “politis”.
Pernyataan itu dilontarkan dalam sebuah pidato kampanye di negara bagian Pennsylvania, yang menjadi bagian dari upaya Trump merebut kembali kursi kepresidenan dalam Pilpres 2024. Ia menuding bahwa sebagian perwira tinggi di Pentagon telah menjadi alat politik dan kehilangan fokus terhadap tugas utamanya: menjaga keamanan nasional.
“Saya ingin Pentagon membersihkan rumahnya. Terlalu banyak jenderal yang lupa pada Amerika. Mereka lebih sibuk dengan urusan ideologi dan bisnis kontraktor daripada menjalankan tugas mereka,” ujar Trump dengan nada tinggi di hadapan para pendukungnya.
Membidik Jenderal “Elit Globalis”
Dalam pidato tersebut, Trump tidak menyebut nama secara langsung. Namun analis politik meyakini bahwa target utama Trump adalah para jenderal yang selama masa kepemimpinannya kerap menyuarakan kritik terhadap kebijakannya, termasuk mantan Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley, serta sejumlah petinggi Pentagon lainnya yang membelot dalam isu Afghanistan dan Ukraina.
Trump juga menuduh sejumlah jenderal memiliki hubungan dekat dengan kontraktor pertahanan dan lembaga swadaya asing, yang menurutnya telah mencemari independensi militer Amerika. “Beberapa dari mereka bukan patriot. Mereka bekerja untuk dompet mereka, bukan untuk negara ini,” tegas Trump.
Pentagon Bungkam, Tapi Resah
Pernyataan Trump memicu kecemasan terselubung di tubuh Departemen Pertahanan. Meski tidak ada tanggapan resmi, sumber internal menyebut bahwa banyak pejabat tinggi militer terkejut dengan tekanan langsung dari seorang mantan presiden yang masih memiliki pengaruh besar di Partai Republik.
“Ini bukan soal politik, ini soal stabilitas institusi. Jika setiap pergantian kekuasaan berarti pergantian jenderal karena alasan politik, maka Amerika telah kehilangan salah satu prinsip demokrasinya,” ujar pensiunan Laksamana Muda John Kirby dalam wawancara dengan MSNBC.
Preseden Berbahaya atau Langkah Pembaruan?
Pendukung Trump melihat ini sebagai upaya “depolitisasi” militer yang menurut mereka selama ini terlalu tunduk pada agenda liberal. Namun bagi banyak pengamat pertahanan, seruan pemecatan besar-besaran terhadap para jenderal merupakan preseden berbahaya yang bisa menyeret militer ke dalam pusaran politik partisan.
“Militer harus netral, bukan alat politik siapa pun—baik Presiden Demokrat maupun Republik. Ini adalah institusi yang berdiri di atas konstitusi, bukan loyalitas pribadi,” tegas Dr. Amanda Bolton, profesor kebijakan pertahanan di Harvard Kennedy School.
Tensi Meninggi Jelang Pemilu
Langkah Trump ini terjadi di tengah meningkatnya suhu politik menjelang pemilihan presiden AS 2024. Dengan retorika yang semakin keras terhadap lembaga negara, Trump tampaknya kembali menghidupkan strategi kampanyenya: menggambarkan dirinya sebagai outsider yang siap mengguncang status quo Washington.
Meski belum ada perintah resmi dari Pentagon terkait pemecatan jenderal, dampak dari pernyataan ini sudah terasa. Beberapa analis menyebut bahwa para pejabat militer kini mulai mempertimbangkan posisi mereka jika Trump kembali berkuasa.