Kyiv, Ukraina – Pemerintah Ukraina kembali melontarkan tudingan serius terhadap Rusia dalam eskalasi konflik yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Dalam laporan terbaru, militer Ukraina menyatakan bahwa Rusia diduga menggunakan rudal balistik buatan Korea Utara dalam serangan udara yang menghantam beberapa wilayah ibu kota Kyiv pada awal pekan ini.
Tudingan tersebut mengundang perhatian dunia internasional karena berpotensi melibatkan negara ketiga—Korea Utara—dalam konflik yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun.
“Kami mengidentifikasi pecahan rudal yang tidak biasa dari titik serangan di Kyiv. Berdasarkan investigasi awal, ada indikasi kuat bahwa rudal tersebut berasal dari sistem senjata yang digunakan Korea Utara,” ujar Juru Bicara Angkatan Bersenjata Ukraina, Serhii Cherevatyi, dalam konferensi pers, Rabu (24/4).
Analisis Puing dan Jejak Balistik
Tim forensik militer Ukraina dilaporkan tengah menganalisis sisa-sisa puing dari rudal yang jatuh di distrik Solomianskyi dan Holosiivskyi. Menurut para penyelidik, bagian kepala ledak dan sistem pemandu rudal menunjukkan kemiripan dengan rudal balistik jarak pendek KN-23 milik Korea Utara—senjata yang diklaim punya kemampuan manuver tinggi dan daya ledak besar.
Lembaga pemantau independen, termasuk Conflict Armament Research (CAR), telah diundang untuk melakukan peninjauan independen guna memperkuat bukti yang dimiliki Ukraina. Bila dugaan ini terbukti, maka ini akan menjadi insiden pertama yang mengindikasikan transfer senjata langsung dari Pyongyang ke Moskow untuk digunakan dalam perang terbuka.
Rusia dan Korea Utara Bungkam
Hingga berita ini diturunkan, pemerintah Rusia belum memberikan tanggapan resmi terhadap tudingan Ukraina. Kremlin hanya menyebut bahwa operasi militer yang dilakukan di wilayah Ukraina adalah bagian dari “langkah defensif sah” atas ancaman NATO dan Kyiv.
Sementara itu, Korea Utara—yang selama ini dikenal tertutup terhadap dunia luar—belum mengeluarkan pernyataan. Namun, hubungan antara Pyongyang dan Moskow diketahui menghangat dalam setahun terakhir, terutama setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melakukan kunjungan langka ke Rusia dan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin pada September 2023.
Pertemuan tersebut menimbulkan spekulasi mengenai barter senjata dan teknologi militer antara kedua negara yang sama-sama menghadapi sanksi internasional.
Reaksi Dunia Internasional
Tudingan Ukraina segera memantik kekhawatiran negara-negara Barat. Amerika Serikat dan sekutunya menyatakan akan melakukan verifikasi independen terhadap laporan tersebut. Bila benar Rusia menggunakan senjata Korea Utara, maka ini berpotensi memperluas cakupan sanksi terhadap kedua negara.
“Ini sangat serius. Pelibatan Korea Utara dalam perang Eropa Timur melalui dukungan senjata akan kami sikapi dengan langkah konkret,” tegas John Kirby, Koordinator Komunikasi Strategis Dewan Keamanan Nasional AS.
Uni Eropa juga menyuarakan keprihatinan serupa, menyebut dugaan tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap embargo senjata PBB terhadap Korea Utara.
Dampak Serangan: Warga Sipil Jadi Korban
Di tengah kontroversi politik ini, warga sipil Ukraina kembali harus membayar harga mahal. Serangan yang diduga menggunakan rudal Korea Utara tersebut menewaskan sedikitnya 7 orang dan melukai puluhan lainnya, sebagian besar di permukiman padat di pusat kota.
Tim penyelamat bekerja sepanjang malam untuk mengevakuasi korban dari reruntuhan gedung apartemen yang terkena ledakan. Pemerintah kota Kyiv telah mengumumkan hari berkabung nasional, dan mendesak warga untuk tetap berlindung di tempat aman.
Penutup: Perang Semakin Global?
Dugaan penggunaan senjata Korea Utara oleh Rusia bukan hanya memperkeruh konflik Rusia-Ukraina, tetapi juga menunjukkan potensi bahaya baru: globalisasi persenjataan di tengah sanksi internasional. Dunia kini menunggu konfirmasi resmi dan tindakan nyata dari badan internasional, terutama PBB, untuk memastikan bahwa perang tidak menjadi ajang tukar-menukar senjata antar negara terisolasi.
Dalam waktu dekat, hasil penyelidikan internasional akan sangat menentukan arah kebijakan diplomatik terhadap Rusia dan Korea Utara. Bagi Ukraina, kebenaran ini penting bukan hanya sebagai alat legitimasi, tetapi juga untuk mempertahankan dukungan dari dunia luar yang kini sangat menentukan dalam mempertahankan kedaulatan mereka.